Kabupaten Bandung – Santriwati kelas VII SMP ‘Aisyiyah Boarding School Bandung mengimplementasikan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bertema Bineka Tunggal Ika, Senin-Jumat (6-10/11).

Koordinator P5 SMP ‘ABS Bandung, Fenti Khoerunnisa mengungkapkan alasan memilih tema Bineka Tunggal Ika untuk santriwati kelas VII.

“Pentingnya setiap individu memiliki rasa toleransi yang tinggi untuk mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati. Perbedaan latar belakang budaya peserta didik menjadi salah satu alasan dipilihnya tema Bineka Tunggal Ika, peserta didik kelas VII memiliki karakteristik yang beragam dan berasal dari daerah yang tidak sama, ada beberapa peserta didik yang berasal dari luar Pulau Jawa, sehingga karakteristiknya heterogen,” ungkapnya.

Kegiatan P5 yang diikuti oleh kelas VII merupakan kegiatan P5 yang kedua pada tahun ajaran 2023-2024. Kali ini mengangkat tema Bineka Tunggal Ika dengan topik Mengenal dan Menghargai Perbedaan Keberagaman Melalui Ragam Rumah Adat.

“Mengidentifikasi keberagaman budaya yang terdapat di Indonesia dengan menciptakan suatu karya yang dibuat berdasarkan kreativitas peserta didik akan membuat aktivitas lebih menyenangkan. Contoh kecil bentuk nyata dari tema yang dipilih yakni Bineka Tunggal Ika diimplementasikan ke dalam bentuk nyata miniatur rumah adat. Peserta didik menjadi tahu filosofi dari bentuk rumah adat setiap suku dan semakin paham bahwa setiap suku bangsa itu berbeda dan harus saling menghormati dan menghargai antarsesama karena walaupun berbeda dengan keberagaman suku bangsa, Indonesia tetap sama, sehingga peserta didik akan paham terhadap perbedaan setiap suku bangsa dan sikap menghormati budaya yang ada di Indonesia akan terus tumbuh.

Kegiatan yang berlangsung di kelas selama 6 hari ini memiliki alur pembelajaran yang jelas; mulai dari membangun sikap toleransi dalam diri, eksplorasi, diskusi, identifikasi, merancang rumah adat, membuat rumah adat dari barang bekas, hingga mempresentasikan.

“Pembuatan miniatur rumah adat yang dibuat oleh peserta didik diawali dengan pemahaman bahwa setiap individu itu berbeda dan sebaiknya kita memiliki rasa toleransi yang tinggi. Kedua, peserta didik melakukan eksplorasi beragam suku bangsa yang ada di Indonesia secara mandiri, di mana setiap peserta didik mengidentifikasi 2 suku bangsa yang ada di Indonesia. Ketiga, pembagian kelompok berjumlah 2/3 orang setiap kelompoknya, peserta didik berdiskusi untuk menentukan salah satu dari keempat suku bangsa yang telah dieksplorasi. Keempat, setiap kelompok berdiskusi dan mencari informasi lebih banyak mengenai suku bangsa yang dipilih, setiap anggota mencari informasi mengenai cara penduduk suku tersebut hidup dan tinggal di rumah adat, yang kemudian dituangkan dalam bentuk poin-poin penting untuk dipresentasikan. Kelima, peserta didik membuat rancangan awal miniatur rumah adat (sketsa manual yang dibuat di atas kertas). Keenam, mencari bahan-bahan dari barang bekas yang dapat digunakan untuk membuat miniatur rumah adat. Setiap kelompok membuat miniatur rumah adat suku bangsa masing-masing sesuai dengan tingkat kreativitas masing-masing. Ketujuh, memprtesentasikan mengenai cara penduduk suku tersebut hidup dan tinggal di rumah adat yang disajikan dalam bentuk miniatur.

Santriwati kelas VII yang mengikuti kegiatan tersebut mengaku senang dan bisa mengenal keberagaman budaya dari suku lain.

“Kita bisa mengenal keberagaman budaya dari berbagai suku, mulai dari adat istiadat, tradisi, dan juga tempat tinggal mereka,” tutur Raihana Khansa Sugandi yang membuat miniatur rumah adat Julang Ngapak dari suku Sunda.

Hal senada diungkapkan oleh Lutrisya Azra Aulia yang berhasil membuat rumah Gadang dari suku Minangkabau bersama kelompoknya. Ia mengungkapkan dalam proses pembuatan miniatur rumah Gadang banyak hal yang bisa diperoleh, di antaranya kerja sama, melatih kesabaran, berpikir secara kreatif menggunakan bahan-bahan bekas untuk membuat miniatur rumah adat Gadang.

Fenti berharap dengan adanya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila bertemakan Bineka Tunggal Ika ini, rasa toleransi peserta didik tumbuh terhadap perbedaan suku bangsa di Indonesia dan dalam praktik sehari-hari terus saling menghargai kepada sesama. Selain itu, tidak hanya mampu membuat karya saja, tetapi menjadi tahu bahwa setiap rumah adat memiliki filosofi dan nilai-nilai yang perlu diketahui sebagai keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

Leave a Comment