Kabupaten Bandung – Kampanye anti perundungan terus digaungkan di berbagai lokasi dan kesempatan. ‘Aisyiyah Boarding School Bandung turut serta mengampanyekan penolakan terhadap perundungan. Salah satunya, pada kesempatan upacara bendera di Lapangan ‘ABS Bandung. Senin (06/11), pembina upacara, Nurul Fitri, M.Pd. memberikan amanat upacara tentang pencegahan perundungan.

Dalam kesempatan tersebut, pembina upacara menyampaikan agar para santriwati bisa menjadi agen untuk mencegah perundungan.

“Ini menjadi pengingat untuk kita semua, betapa pentingnya perhatian kita terhadap bullying ini. Bagaimana kita menjadi agen untuk mencegah di sekolah kita ini sehingga tidak ada kasus bullying,” terang Nurul.

Tak hanya itu, Nurul yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala SMP ‘ABS Bandung Bidang Kurikulum mengutarakan bahwa perundungan merupakan tindakan yang bertentangan dengan nilai agama dan nilai dasar pancasila.

Bullying ini merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan dan bertentangan dengan nilai-nilai apapun, baik itu nilai agama, nilai-nilai dasar pancasila,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dalam kesempatan tersebut Nurul menyampaikan bahwa perundungan bisa lahir hanya karena sebuah perbedaan.

“Biasanya bullying ini terlahir karena adanya perbedaan, baik itu perbedaan dari segi kulit, perbedaan dari segi agama, ras, dan lain sebagainya”.

Bullying ini biasanya hadir atau datang karena adanya perbedaan di antara kita. Padahal di sila yang ketiga pun sudah ada Persatuan Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda itu sebetulnya menjadi suatu keunikan, tidak untuk menjadi hal-hal yang bisa kita jadikan untuk objek pem-bully-an. Karena bullying ini banyak ragamnya, bisa berupa verbal, fisik, kemudian berkomentar di sosmed (tidak bijak -red),” tambah Nurul.

Nurul menyatakan bahwa tindakan perundungan tidak hanya menyakiti orang lain, tetapi menurunkan harkat martabat diri sendiri dan sekolah.

Sebagai informasi, ‘ABS Bandung memiliki dua agen yang mengandalkan peran santriwati untuk mencegah tindakan perundungan di lingkungan sekolah, yaitu Agen ROOTS dan Agen Perdamaian (Peace Generation).

Menutup amanat, Nurul mengajak kepada semua pihak, tidak hanya dua agen pencegahan yang berperan, tetapi dibutuhkan peran guru, santriwati, dan organisasi di lingkungan ‘ABS Bandung. Selanjutnya, ia mengimbau jika ditemukan adanya tindakan bully segera lapor kepada agen pencegahan atau guru.

“Ketika sekolah kita bebas dari bully, tentunya kita belajar di sini akan merasa nyaman dan aman,” pungkasnya.

Leave a Comment