Kabupaten Bandung – Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah pembelajaran lintas disiplin ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila. Program ini merupakan salah satu program yang terdapat pada Kurikulum Merdeka.

Sebagai informasi, implementasi Kurikulum Merdeka di SMP ‘Aisyiyah Boarding School dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan, khususnya kelas VII dan VIII. Kali ini sebagai perwujudan dari P5, santriwati kelas VIII mengangkat tema Kearifan Lokal dengan topik Mengeksplorasi Budaya Nusantara Melalui Batik.

Senin (05/11), santriwati diajak untuk mengekplorasi budaya nusantara melalui belajar membatik di Hasan Batik, suatu rumah industri yang bergerak pada produksi, penjualan, dan pelatihan batik yang terletak di Jalan Cigadung Raya Timur Nomor 136, Cigadung, Cibeunying Kaler, Kota Bandung.

Berdasarkan informasi yang dilansir dari https://elib.unikom.ac.id/, Hasan Batik mendesain batik dengan mengekploitasi berbagai macam ragam hias, baik ragam hias tradisional Indonesia (kawung, lereng, ceplok, dan lain-lain); ragam hias geometris (titik, kotak, garis, dan lain-lain); serta kombinasi antara ragam hias tradisional dan ragam hias geometris. Salah satu ragam hias ragam hias yang diciptakan oleh Hasan Batik adalah batik tambal (patch-work-batik) dengan efek 3 dimensi yang menggunakan proses cap, canting, colet, dan celup.

Dalam hal ini, pihak sekolah telah menggandeng narasumber dari Hasan Batik, Asyani, yang memaparkan mulai dari proses berdirinya Hasan Batik, orientasi batik, mengenal alat dan bahan membatik, tutorial proses membatik, dan motif khas Hasan Batik.

Koordinator P5 SMP ‘ABS Bandung, Fenti Khoerunnisa mengungkapkan alasan mengajak santriwati ke Hasan Batik sebagai upaya memperkenalkan batik serta menjaga eksistensi batik tanpa mengubah nilai-nilai dasarnya.

“Pentingnya memperkenalkan batik sebagai budaya nasional menjadi salah satu alasan kearifan lokal yang pilih melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini. Dengan memperkenalkan batik dan mempraktikkan cara membuat batik, peserta didik telah menjaga eksistensi batik tanpa mengubah nilai-nilai dasarnya. Tidak hanya kreativitas yang dapat ditumbuhkan, peserta didik pun dapat mencintai batik sebagai salah satu kearifan lokal atau warisan budaya sekaligus kekayaan budaya Indonesia yang telah lama dikenal tidak hanya lingkup nasional, tetapi juga dunia internasional, ini sebagai Langkah awal peserta didik dalam melestarikan warisan budaya Indonesia,” jelasnya.

Dikutip dari modul P5, sebagai tempat penyemai karakter bangsa, sekolah memiliki tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan yang bisa menumbuhkan karakter-karakter baik dalam diri peserta didik. Sekolah bisa melakukannya antara lain dengan cara mengajak peserta didik mengidentifikasi tradisi-tradisi luhur atau kearifan-kearifan lokal masyarakat yang mulai terlupakan. Tradisi-tradisi baik bangsa umumnya bertujuan untuk memelihara kehidupan bersama, merekatkan silaturahmi, dan mengajak manusia untuk memelihara alam. Dengan mengajak peserta didik menyelami nilai-nilai luhur tersebut, sekolah sudah menjalankan salah satu fungsinya sebagai tempat pembentukan karakter Pancasila.

Kunjungan ke Hasan Batik mendapatkan respons positif dari santriwati. Salah satunya Iesha Naeva Arifin. Ia merasa senang dengan adanya kunjungan ke Hasan Batik. Selain observasi, ia bisa belajar membuat batik sebagai salah satu contoh kearifan lokal.

“Tentunya menambah pengalaman dan pengetahuan tentang bagaimana cara membatik, baik menggunakan teknik cap dan teknik canting”.

“Kita dibimbing dengan baik dan stafnya ramah,” pungkasnya.

Fenti berharap dengan adanya kegiatan ini, santriwati mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya Indonesia.

“Dengan terlaksananya P5 tema kearifan lokal ini, karakter mencintai budaya Indonesia yang dimiliki peserta didik dapat tumbuh kembali, menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi peserta didik karena tidak hanya pengetahuan mengenai batik saja yang telah didapatkan oleh peserta didik, melainkan pengelaman yang berkesan pun peserta didik dapatkan dari praktik langsung membatik di lokasi workshop,” pungkas Fenti.

Leave a Comment