Kabupaten Bandung – Jelang libur Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2023/2024, santriwati ‘Aisyiyah Boarding School Bandung mendapatkan amanat dari Mudir ‘ABS Bandung.
Amanat disampaikan selepas melaksanakan salat subuh berjamaah, Sabtu (16/12) di Masjid Jami Siti Walidah ‘ABS Bandung.
Pada kesempatan tersebut, Mudir ‘ABS Bandung, Dede Kurniawan menyampaikan empat nasihat untuk menjadi bekal berlibur para santriwati di daerah masing-masing.
Pertama, ia mengimbau kepada santriwati untuk menerapkan konsep ihtisab dalam berperilaku dan berbuat saat berlibur.
“Ketika berlibur, terapkan konsep ihtisab. Semua perbuatan didasari dengan mengharap rida dan pahala dari Allah Swt. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi perbuatan yang sia-sia selama libur semester,” ungkapnya.
Dalam nasihatnya yang kedua, ia mengajak santriwati untuk bertaubat ketika lalai dalam beribadah kepada Allah Swt.
“Ketika menikmati masa libur, biasanya ketika terlena hingga lupa aktivitas ibadah yang biasa dilakukan di pondok pesantren. Maka, ini harus betul-betul kita perhatikan. Jika lalai, maka segeralah bertaubat. Istighfar, bermunajat dan memohon ampunan Allah dari kekeliruan tindak tanduk. Bertaubat kepada Allah Swt berarti kembali kepada-Nya dengan mengikuti petunjuk, bimbingan, dan syariat-Nya, serta meninggalkan ajaran dan jalan yang dimurkai-Nya,” jelasnya.
Kemudian nasihat ketiga, kiai muda yang aktif di Lembaga Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Jawa Barat ini menyampaikan konsep sabar dalam mengendalikan hawa nafsu untuk tidak berbuat sesuatu secara berlebihan.
“Sejatinya, Allah membekali manusia dengan potensi nafsu untuk keberlangsungan hidupnya dan menjadi pribadi yang bermanfaat. Ibarat air sungai, nafsu bisa bisa mengalir dengan tenang dan bisa meluap bahkan menghancurkan. Oleh sebab itu, ia perlu dikontrol dengan bendungan sabar, irigasi iman dan takwa, sehingga memberikan manfaat yang maksimal bagi kehidupan manusia”.
“Hal ini perlu kita perhatikan pada saat berlibur. Jangan sampai kita terbawa hawa nafsu untuk menikmati segala hal yang tidak biasa dilakukan di dalam pondok, misal makan berlebihan, tidur berlebihan, bermain tak kenal waktu, menggunakan handphone sepanjang waktu, dan sebagainya. Hal-hal tersebut harus dicegah dengan kata kunci “sabar” untuk tidak menikmati sesuatu secara berlebihan.”
“Orang-orang yang berilmu tentulah memahami dan mengerti bagaimana mengarahkan hawa nafsunya pada jalan yang benar. Sementara mereka yang tidak mengerti hakikat nafsu, akan terjebak pada keinginan-keinginannya yang tak terbendung. Jangan sampai, nafsu membelenggu dan mendorong kita pada hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Maka dari itu, jadikan kesabaran paripurna sebagai penolong dari jebakan hawa nafsu yang membelenggu,” terangnya dihadapan beberapa staf mukimin, musyrifah, dan seluruh santriwati ‘ABS Bandung.
Terakhir, Dede menyampaikan bahwa dalam berucap dan berperilaku harus menerapkan konsep siddiq.
“Siddiq atau benar adalah salah satu sifat terpuji yang diwariskan oleh Nabi Muhammad Saw. Sifat ini menunjukkan kejujuran, kepercayaan, dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari”.
“Apa yang disampaikan dari mulut harus sesuai dengan hati, pikiran, dan perbuatan”.
“Dalam konteks agama Islam, sifat siddiq juga menjadi landasan penting dalam memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Sebagai santriwati, kita harus berusaha untuk menerapkan sifat siddiq dalam segala aspek kehidupan, baik dalam hubungan dengan Allah Swt, hubungan dengan sesama manusia, maupun dalam urusan apapun. Dengan menerapkan sifat siddiq, kita dapat memperkuat kepercayaan, dan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, baik ketika di rumah, di pondok, maupun di masyarakat.”
Terakhir, Dede mengingatkan kepada santriwati untuk selalu membaca Al-Qur’an.
“Seseorang yang ingat membaca Al-Qur’an, artinya Allah sangat cinta terhadap hamba-Nya. Hal tersebut merupakan sebuah anugerah. Maka jangan sia-siakan kesempatan tersebut”.
“Semoga amanat ini menjadi bekal selamat selama liburan, pulang dan kembali lagi dalam keadaan baik dan sehat,” pungkasnya.