Kabupaten Bandung – Santriwati Kelas XII SMA ‘Aisyiyah Boarding School sukses menggelar pementasan drama dihadapan para santriwati, guru, musyrifah, dan staf lainnya. Pementasan drama yang berlangsung pada hari Jumat (15/03) di Amfiteater ‘ABS Bandung ini merupakan bentuk kolaborasi ujian praktik antara mata pelajaran Seni Budaya dan Bahasa Sunda.

Guru Seni Budaya, Ikmal Nur Falah, S.Pd. mengungkapkan bahwa ide kolaborasi ini muncul karena adanya kesamaan materi antara mata pelajaran Seni Budaya dan Bahasa Sunda.

“Kami selaku pengampu mata pelajaran Seni Budaya dan Bahasa Sunda memiliki satu kesamaan materi yang diajarkan kepada peserta didik, yaitu seni drama. Oleh sebab itu, muncullah ide kolaborasi untuk membuat ujian praktik dalam bentuk pementasan drama berbahasa Sunda,” ungkapnya.

Menariknya, pementasan drama tersebut dilakukan oleh masing-masing kelas secara berkelompok dengan memilih tema naskah berbahasa Sunda yang berbeda. Pada kesempatan tersebut, kelas XII MIPA memilih naskah “Nyi Bagendit Gugat” karya Dhipa Galuh Purba dan kelas XII IPS memilih naskah “Cucunguk” karya  Yoseph Iskandar.

Salah satu santriwati, Elzahwa Nabila yang berperan sebagai tokoh utama (Sarkim) dalam naskah “Cucunguk” mengungkapkan proses latihan dan tantangan yang dihadapi santriwati selama mempersiapkan pementasan drama bahasa Sunda.

“Pasca pemilihan naskah, kita mulai reading dengan Bu Nita (red- guru pengampu Bahasa Sunda). Awalnya, bingung juga dengan kosakata bahasa Sunda yang terdapat pada naskah, enggak biasa diungkapkan atau didengar dalam percakapan sehari-hari. Akhirnya kita bertanya kepada Bu Nita, mulai dari arti kata hingga pengucapannya. Sedikit demi sedikit jadi memahami arti kata tersebut. Selanjutnya, latihan akting bareng-bareng,” ungkap santriwati yang biasa disapa El.

Lebih lanjut, El menuturkan tantangan yang dihadapi selama proses persiapan pementasan drama.

“Tantangan juga bagi kita, mulai dari sutradara, pemeran, tata rias, tata panggung, musik, semua diorganisir oleh santriwati. Namun, hal tersebut tidak terlepas dari bimbingan para guru pengampu dan bantuan staf ‘ABS Bandung,” terangnya kepada Jurnalis ‘ABS Bandung.

Hal tersebut berkaitan dengan apa yang disampaikan oleh Ikmal ketika dihubungi bahwa tujuan dari pementasan drama ini adalah memotivasi santriwati untuk berkarya, belajar seni peran hingga merancang seni pertunjukan.

Atas kesuksesan pagelaran tersebut, Nazeeya Zhafira Rahadianti, santriwati yang berperan sebagai tokoh Omoh dalam naskah “Cucunguk” mengungkapkan rasa bangga telah berhasil menampilkan pementasan bersama teman-temannya.

“Merasa puas dan bangga dengan proses pementasan drama ini. Meskipun agak malu, tapi mencoba untuk memainkan peran sebagai tokoh Omoh. Selain itu, dari proses ini, kita banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan, baik dari sisi seni pertunjukkan maupun bahasa Sunda,” pungkasnya.

Leave a Comment