Kabupaten Bandung – ‘Aisyiyah Boarding School Bandung sukses menggelar talkshow edukatif untuk para pendidik dengan tema “Membangun Komunikasi Efektif Antara Pendidik dengan Peserta Didik”, pada Jumat (10/1/2025) di Laboratorium IPA.

Seminar yang berlangsung penuh antusias ini menghadirkan Hilda Khairunnisa, M.Psi, seorang psikolog, yang mengupas tuntas cara komunikasi efektif antara pendidik dengan peserta didik, serta memberikan strategi praktis untuk membangun hubungan emosional yang lebih harmonis di lingkungan sekolah.

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian persiapan menyambut pembelajaran semester genap tahun ajaran 2024-2025 dan dikoordinir oleh Ayu Fauziah Lestari, S.Pd., selaku guru Bimbingan dan Konseling ‘ABS Bandung.

Dikatakan oleh Ayu, acara ini sebagai solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh para guru dan musyrifah dalam berkomunikasi dengan para santriwati.

“ ‘ABS Bandung sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan memiliki harapan besar kepada peran guru dan musyrifah agar menjadi orang tua kedua bagi santriwati. Sebagai tenaga pendidik, kerap kali kami merasa kesulitan untuk berkomunikasi dan menghadapi naik turunnya emosi remaja. Oleh sebab itu, talkshow ini menjadi sangat penting untuk guru dan musyrifah dalam rangka membangun hubungan yang baik dengan santriwati,” terang Ayu.

Berperan sebagai moderator, Ayu memberikan apresiasi yang mendalam atas terlaksananya acara ini. Ia menuturkan bahwa talkshow ini diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kualitas para pendidik dalam membimbing dan mendidik santriwati.

Hilda Khoirunnisa dalam pemaparannya menjelaskan bahwa komunikasi efektif merupakan pertukaran informasi, ide, perasaan yang menghasilkan perubahan sikap sehingga terjadi sebuah hubungan baik, antara pemberi pesan dan penerima pesan.

Menurutnya, terdapat beberapa penyebab tidak terjalinnya komunikasi yang efektif, di antaranya, kurangnya keterbukaan (biasanya karena relasi yang tidak lekat dan adanya ketidakpercayaan), pesan yang tidak jelas (pesan yang disampaikan secara ambigu, berbelit-belit atau berulang-ulang), kegagalan mendengarkan (merasa lebih tahu, merasa lebih benar, ketiadaan kesediaan untuk memahami maksud lawan bicara), kurangnya empati (ketiadaan kesediaan untuk memahami perasaan, kondisi lawan bicara), gap (perbedaan generasi, ketimpangan usia, budaya), gaya komunikasi (gaya komunikasi yang berbeda antara pendidik dan peserta didik), gangguan eksternal (kondisi lingkungan, orang ketiga, dan sebagainya).

Hal lainnya, Hilda menjelaskan cara menjalin komunikasi yang efektif antara pendidik dan peserta didik, di antaranya, adanya keterbukan (terbentuk dari kepercayaan dan relasi yang baik), mendengarkan secara aktif, saling berempati antara kedua belah pihak, saling menghormati, adanya kebebasan dalam mengekspresikan ide dan perasaan, adanya negosiasi, adanya kesepakatan dalam pengambilan keputusan, dan proaktif dalam pencegahan krisis (kondisi bahaya).

Menurutnya, dengan adanya komunikasi yang efektif dan positif akan sangat membantu peserta didik mengatasi tekanan secara aktif dan mengurangi gejala depresi.

“Anak remaja menghadapi lebih banyak tantangan dari sisi akademik dan relasi sosial, yang berisiko terhadap gejala-gejala depresi. Namun, komunikasi yang positif akan membantu anak untuk mengatasi tekanan secara aktif dan membantu berkurangnya gejala depresi,” ungkap Hilda.

Di akhir acara, Ayu mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan talkshow ini, terutama kepada narasumber yang telah berbagi pengetahuan dan pengalaman berharga.

“Semoga talkshow ini membawa manfaat besar bagi para guru dan musyrifah dalam  menciptakan iklim belajar yang baik dalam proses tumbuh kembang santriwati,” pungkasnya.

Leave a Comment