abs
- Posted on
Kolaborasi Antara Pembelajaran Kimia dan Pembelajaran Sosial-Emosional
Di SMA ‘Aisyiyah Boarding School Bandung
Oleh Fatma Annisa, M.Pd
Pembelajaran menurut E. Mulyasa (2006: 255) pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan pengertian ilmu kimia itu sendiri. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah (E. Mulyasa, 2006: 132–133).
Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata pelajaran yang cukup sulit bagi sebagian peserta didik SMA/MA (Kasmadi dan Indraspuri, 2010: 574). Kesulitan ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985: 5–9), yaitu sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak tersebut, ilmu kimia yang dipelajari merupakan penyederhanaan dari ilmu yang sebenarnya, ilmu kimia berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal, dan beban materi yang harus dipelajari dalam pembelajaran kimia sangat banyak. Maka dari itu pembelajaran kimia dilakukan secara praktik dan diintegrasikan dengan pembelajaran sosial emosional. Pembelajaran sosial dan emosional mempunyai arti yaitu proses dimana anak-anak meningkatkan kemampuan mereka untuk mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tugas-tugas sosial yang penting (Zins dkk, 2001).
Ada empat kompetensi kunci pengembangan dalam aspek sosial emosional anak; self-awareness (kesadaran diri), self-management (pengelolaan diri), social awareness (kesadaran sosial), responsible decision making (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab), dan relationship management (keterampilan berhubungan sosial). Keempat kompetensi ini penting dikembangkan pada peserta didik untuk membangun dan menanamkan keterampilan sosial anak. Karena dengan mengembangkan keempat aspek sosial emosional anak tersebut akan berimplikasi pada tertanamnya sifat-sifat baik/ karakter-karakter unggul pada diri anak dalam dunia sosial. Metode-metode seperti bermain, modeling, story telling, drama dan lainnya tepat digunakan untuk mengembangkan keempat keterampilan tersebut.
Di sekolah SMA ‘Aisyiyah Boarding School Bandung telah diterapkan pembelajaran kimia berbasis praktikum dengan mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional. Sebagai contoh saya melakukan di kelas XI MIPA, pada saat itu kelas tersebut memasuki materi mengenai laju reaksi. Pada pembelajaran di kelas yang saya ingin capai pertama yaitu kompetensi kesadaran diri-pengenalan emosi, saya awali dengan mengintruksikan santriwati memimpin do’a, kegiatan berdoa secara bersama-sama sebelum memulai pembelajaran bertujuan untuk memperkuat emosional santriwati agar lebih siap dalam menghadapi proses pembelajaran. lalu santriwati diberi arahan untuk mengidentifikasi perasaan yang mereka rasakan pada saat itu, mengenali emosi diri akan membuat seseorang lebih bisa mengontrol perilaku dirinya maupun berhubungan dengan orang lain.
Pada kegiatan inti kompetensi sosial emosional yang ingin dicapai adalah keterampilan berhubungan sosial- daya lenting (resiliensi) dengan menggunakan teknik diskusi kelompok. Teknik diskusi di kelas dibagi menjadi tiga kelompok kecil yang beranggotakan empat orang, Kegiatan ini bertujuan untuk melatih peserta didik agar dapat beradaptasi dengan siapapun dan dapat bekerja sama dengan baik. Setiap kelompok memberikan hasil diskusinya melalui presentasi, diharapkan kompetensi pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dapat tercapai oleh santriwati, mufakat dan memastikan bahwa keputusan yang diambil mengarah kepada hal yang positif dan sudah dipertimbangkan dengan baik dari berbagai sisi. Jika ada teman dari santriwati yang kurang memahami pembelajaran diberi ruang untuk berkolaborasi dengan pembelajaran tutor sebaya, kompetensi diharapkan dalam kegiatan ini adalah Kesadaran sosial -keterampilan berempati.
Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan empati peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya dan memiliki kesadaran sosial yang baik. Pada kegiatan akhir dilakukan refleksi diri dengan tujuan mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi pembelajaran dan perasaan peserta didik selama mengikuti pembelajaran dan kompetensi pengelolaan diri-pengenalan emosi dapat tercapai.**** Fatma Annisa
