Kabupaten Bandung –  Dewan Kemakmuran Masjid Jami Siti Walidah, ‘Aisyiyah Boarding School Bandung menggelar salat sunah khusuf atau shalat gerhana bulan, Senin (8/9) malam.

Pelaksanaan ibadah tersebut dimulai pukul 01.00 WIB bertepatan dengan menjelang fenomena gerhana bulan total.

Mengacu pada Maklumat Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, gerhana bulan berlangsung pada Minggu, 7 September 2025 sejak pukul 22.28 WIB hingga 03.55 WIB keesokan harinya. Sementara itu, puncak gerhana bulan total diperkirakan terjadi pada 01.11 WIB.

Bertindak sebagai imam dan khatib, salat khusuf dipimpin langsung oleh Mudir ‘Aisyiyah Boarding School Bandung, Dede Kurniawan, S.Th.I.

Dalam khutbahnya, Dede mengingatkan bahwa peristiwa gerhana adalah salah satu tanda kebesaran Allah Swt, sekaligus menjadikan fenomena tersebut sebagai bentuk menguatkan kecerdasan tauhid dan kecerdasan akal pikiran.

Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang (piringan) bulan tertutup bayangan bumi. Dalam merespons gerhana, Islam memberikan ajaran yang jelas dan multidimensi, yaitu spiritualisasi (penguatan tauhid) dan saintifikasi (penguatan ilmu pengetahuan).

“Saat terjadi gerhana, putra Nabi saw yang bernama Ibrahim meninggal dunia, sehingga sebagian orang Arab mengaitkan gerhana bulan dengan kematian anak beliau. Padahal tidak ada korelasinya dengan kematian seseorang,” terang Dede.

Dengan kata lain, peristiwa gerhana sarat dengan mitologi yang bertentangan dengan akidah Islam dan kontraproduktif. Mitos-mitos tersebut jelas tidak berdasar dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.

Karena itu, ketika menyampaikan khutbah setelai selesai shalat gerhana, Nabi saw menegaskan, “Sesungguhnya matahari dan bulan itu dua tanda dari banyak tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana matahari dan bulan bukan kerena hidup atau matinya seseorang. Karena itu, apabila kalian melihatnya (gerhana), berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, laksanakanlah shalat gerhana, dan bersedahklah”. (HR. Muttafaq ‘Alaih).

“Penegasan Nabi Saw dalam hadis tersebut merupakan respons sekaligus pesan atas mitologi-mitologi yang tidak jelas asal usul dan sumbernya yang menghantui kepercayaan masyarakat,” ungkap Dede.

Lebih lanjut, Dede menerangkan bahwa dalam sistem pendidikan Islam menghendaki keterbukaan pemikiran dengan menjadikan alam semesta sebagai laboratorium besar untuk riset dan pengembangan ilmu pengetahuan.

“Gerhana sebagai salah satu ayat Allah Swt yang ditunjukkan di alam raya ini tidak sekadar peristiwa alamiah, tetapi juga peristiwa ilmiah yang menarik observasi, dicermati, dan diteliti secara saintifik sehingga tercipta santriwati yang memiliki pemikiran kritis dan cerdas terhadap pengembangan ilmu pengetahuan,” pungkasnya.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Wakil Mudir ‘ABS Bandung, Teguh Mulyadi, S.Sy., Koordinator Dirasah Islamiah ‘ABS Bandung, Uci Tarmana. M.Pd.,Gr,, Koordinator ‘ABS Languange Center, Akbar Pilayati, S.Pd., Lc., Koordinator Kerumahtanggaan ‘ABS Bandung, Karni Sejati, S.Ag., para musyrifah, staf mukimin ‘ABS lainnya, serta para santriwati SMP-SMA ‘ABS Bandung.

.

Leave a Comment